Sejarah Awal Berdiri Adanya Musik Dangdut

I Smail Zone -
Sеjаrаh Awаl Bеrdіrі Adаnуа Muѕіk Dаngdut - Muѕіk Dаngdut yakni fatwa musik yang sudah tidak ajaib bagi penduduk Indonesia , Dangdut kita ketahui merupakan musik yang sangat Merakyat bagi bangsa Indonesia sejak jaman berdirinya negara Indonesia.

Muѕіk Dаngdut ada berawal dari periode kolonial Bеlаndа , waktu itu ada perpaduan alat musik Indonesia , Arab dan Belanda yang dinamakan bersama-sama dalam Tanjidor. Musik ini merupakan orkestra mini yang khas dan dipertunjukkan sambil berjalan oleh para budak peliharaan tuan-tuan kulit putih penguasa pekebunan di sekeliling Batavia. Sepanjang masa 19 , banyak pengaruh dari luar diserap oleh masyarakat Indonesia. Misalnya efek dari Cіnа yakni ansambel Cina-Betawi yang disebut gambang kromong dan juga keroncong.

Pada dasarnya , bentuk musik dangdut berakar dari musik melayu pada tahun 1940-an. Irama melayu sangat kental dengan unsur fatwa musik dari India dan campuran dengan irama musik dari arab. Unsur Tabuhan Gendang yang merupakan belahan unsur dari Musik India digabungkan dengan Unsur Cengkok Penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan suatu ciri khas dari Irama Melayu merupakan awal dari mutasi dari Irama Melayu ke Dangdut. Dalam evolusi menuju bentuk kekinian kini masuk efek unsur-unsur musik India (khususnya dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).

Berdiri Adanya Musik Dangdut Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini mampu dicatat nama-nama mirip P. Ramlee (dari Malaya) , Said Effendi (dengan lagu Seroja) , Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India) , Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India , Munif Bahaswan , serta M. Mashabi (pencipta skor film "Ratapan Anak Tiri" yang sungguh terkenal di tahun 1970-an).

Perubahan arus politik Indonesia di tamat tahun 1960-an membuka masuknya efek musik barat yang besar lengan berkuasa dengan masuknya gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dibilang sudah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer , dangdut sungguh terbuka terhadap imbas bentuk musik lain , mulai dari keroncong , langgam , degung , gambus , pop , rock , bahkan house music. Irama melayu menjadi suatu fatwa musik kontemporer , yakni suatu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi.

Pada tahun 1960 an Musik melayu mulai dipengaruhi oleh banyak unsur mulai dari gambus , degung , keroncong , langgam. Dan mulai jaman ini lah sebutan untuk Irama Melayu mulai berubah menjadi terkenal dengan Sebutan Musik Dangdut. Sebutan Dangdut ini merupakan Onomatope atau sebutan yang sesuai dengan bunyi suara bunyi , yaitu bunyi dari Bunyi alat musik Tabla atau yang umum disebut Gendang. Dan lantaran bunyi gendang tersebut lebih didominasi dengan Bunyi Dang dan Dut , maka sejak itulah Irama Melayu berganti sebutanya menjadi suatu fatwa Musik baru yang lebih terkenal dengan Irama Musik Dangdut.

Pada jaman era Pra 1970 an ini seniman dangdut yang terkenal antara lain : M. Mashabi , Husein Bawafie , Hasnah Tahar , Munif Bahaswan , Johana Satar , Ellya Kadam

Menjelang 1970 , Rhoma Irama mulai menunjukkan kemampuan bermusiknya di irama dangdut. Rasa tidak puas dan keinginan terkenal mendorong Rhoma Irama membuat irama musik baru. Irama musik Melayu dikombinasikan dengan pedoman musik rock , pop , dan irama lain. Hasil yang diciptakan yaitu irama dangdut. Semenjak masa itu , perumpamaan dangdut semakin populer di Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Rhoma Irama tidak sekedar memperlihatkan keindahan. Lirik-lirik yang bermakna dakwah merupakan isi lagu-lagunya. Beberapa nama dari masa 1970-an yang mampu disebut adalah Mansyur S. , Ida Laila , A. Rafiq , serta Muchsin Alatas. Populernya musik Melayu mampu dilihat dari keluarnya beberapa album pop Melayu oleh kelompok musik pop Koes Plus di masa jayanya.

Era Musik Dangdut Setelah 1970-an mulai banyak sekali Musisi dan seniman dangdut ini , dan musik ini mulai memasyarakat di semua golongan Rakyat Indonesia antara lain Hamdan ATT , Meggy Zakaria ,Vetty Vera , Nur Halimah , Iis Dahlia , Ikke Nurjanah , Itje Trisnawati , Evi Tamala , Dewi Persik , Kristina , Cici Paramida , Inul Daratista dan banyak Insan Musik dangdut lainnya.

Aliran Musik Dangdut yang merupakan seni kekinian terus berkembang dan meningkat , pada permulaan mulanya Irama Dangdut Identik dengan Seni Musik kalangan Kelas Bawah dan memang anutan seni Musik Dangdut ini merupakan cerminan dari aspirasi dari golongan Masyarakat kelas bawah yang mempunyai ciri khas kelugasan dan Kesederhaan nya.

Karena sifat kontemporernya maka di awal tahun 1980 an Musik dangdut berintaraksi dengan pedoman Seni musik yang lain , yaitu dengan masuknya pemikiran Musik Pop , Rock dan Disco atau House Musik. Selain masuknya unsur seni Musik Modern Musik dangdut juga mulai bersenyawa dengan irama musik tradisional seperti gamelan , Jaranan , Jaipongan dan musik tradisional yang lain.

Pada paruh tamat dekade 1970-an juga berkembang variasi "dangdut humor" yang dimotori oleh OM Pancaran Sinar Petromaks (PSP). Orkes ini , yang berangkat dari gaya musik melayu deli , menolong diseminasi dangdut di golongan mahasiswa. Sub genre ini diteruskan , contohnya , oleh OM Pengantar Minum Racun (PMR) dan oleh Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Ketenaran musik dangdut kian meningkat dengan terbentuknya Grup Soneta di tahun 1973. Soneta merupakan grup atau orkes melayu yang dipelopori oleh Rhoma Irama. Sound of Moslem dan Raja Dangdut merupakan julukan yang diberikan masyarakat terhadap Rhoma Irama dan grupnya.

Maka pada jaman 1990 mulailah era baru lagi yakni Musik Dangdut yang banyak dipengaruhi musik Tradisional yakni Irama Gamelan yakni Kesenian Musik orisinil budaya jawa maka pada masa ini Musik Dangdut mulai berasimilasi dengan Seni Gamelan , dan terbentuklah suatu pemikiran musik gres yakni Musik Dangdut Camputsari atau Dangdut Campursari. Meski Musik dangdut yang lebih Original juga masih exist pada masa tersebut.

Popularitas musik dangdut menyebabkan respon negatif dari pemusik irama non dangdut. Musik dangdut dianggap sebagai musik kampungan. Pemusik irama non dangdut memandang dangdut sebagai musiknya kelompok bawah. Pandangan negatif tersebut tidak menghentikan kreatifitas dan harapan bermusik para musisi dangut. Pada masa 1980-1990 , bermunculan penyanyi-penyanyi dan musisi dangdut yang berbakat dan mendapatkan penggemar sangat banyak. Pada masa ini mulai terdapat upaya dari musisi dangdut untuk menenteng dangdut ke arah yang lebih terhormat. Evie Tamala mendendangkan musik dangdut di Amerika Serikat. Ia bikin video klip lagunya di negara tersebut. Stasiun televisi di Indonesia mulai menampilkan dangdut sebagai tayangannya.

Pada era tahun 2000 an seiring dengan kebosanan Musik Dangdut yang original maka diawal era ini Para musisi di wilayah Jawa Timur di tempat pesisir Pantura mulai berbagi jenis Musik Dangdut gres yaitu seni Musik Dangdut Koplo. Dangdut Koplo ini merupakan mutasi dari Musik Dangdut setelah Era Dangdut Campursari yang bertambah kental irama tradisionalnya dan dengan ditambah dengan masuknya Unsur Seni Musik Kendang Kempul yang merupakan Seni Musik dari tempat Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainya mirip Jaranan dan Gamelan. Dan berkat kreatifitas para Musisi Dangdut Jawa Timuran inilah sampai ketika ini Musik Dangduk Koplo yang Identik dengan Gaya Jingkrak pada Goyangan Penyanyi dan Musiknya ini saat ini sangat terkenal dan banyak digandrungi segala golongan penduduk Indonesia.

Pada era Musik Dangdut Koplo inilah mulai memacu tumbuhnya Group Musik Dangdut yang lebih terkenal dengan sebutan OM atau Orkes Melayu antara lain OM. Sera , OM. Monata , OM Palapa , OM New Palapa , OM RGS dan OM yang lebih kecil lainya yang mengibarkan anutan Musik Dangdut Koplo di Nusantara ini.

Musik dangdut terus mengalami pertumbuhan. Menjelang tahun 2000 , timbul penyanyi dangdut yang sangat menemukan perhatian masyarakat. Hal itu dikarenakan gerakan goyangnya melebihi gerakan penyanyi lain , bahkan manusia wajar . Gerakan berputar-putar dari atas ke bawah merupakan ciri khas penyanyi tersebut. Inul Daratista merupakan pemilik goyangan maut itu.

Kemunculan Inul Daratista sungguh dikecam oleh golongan agama. Faktor moral dan norma merupakan alasannya. Tanggapan positif diberikan oleh sebagian golongan yanga memandangnya sebagai suatu seni dan lisan diri. Perbedaan usulan itu memicu kontroversi dan makin mempopulerkan nama Inul Daratista. Berawal dari peristiwa itu , penduduk golongan atas mulai mengamati musik dangdut.

Pada masa 2000 an juga , musik dangdut tidak mampu dipandang lagi sebagai musik kampungan. Berbagai insiden dan agenda terhormat mulai memperlihatkan musik dangdut. Tayangan utama di stasiun televisi memperlihatkan musik dangdut. Kafe-kafe terkenal tidak segan menampilkan musik dangdut.

Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan ketenaran dangdut untuk menawan massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak sewaktu Basofi Sudirman , pada dikala itu selaku fungsionaris Golkar , menyanyi lagu dangdut.

Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin , bukan bermakna dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap jadwal hiburan , dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut mampu dengan gampang ditemui di banyak sekali tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak ditemui di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga gampang ditemui di berbagai kota.

Dan dikala ini Musik dangdut sudah menjangkau segala golongan Masyarakat dari kalangan kelas bawah samapai golongan menengah dan kelas ataspun sudah mulai ketagihan dengan Seni Musik Dangdut ini. Hingga Musik dangdut pun sudah merambah di dunia Diskotik yang sudah memutar Musik Dangdut selaku Musik wajibnya , Dan sudah tak ajaib lagi dikala ini Banyak Stasiun Radio yang menamakan dirinya sebagai Stasiun Radio Dangdut bahkan Stasiun Telivisi Dangdut Indonesia , lantaran kecintaan penduduk dengan Irama Musik dangdut ini.

Maka tidak bisa disangkal Irama Musik dangdut ini bisa dibanggakan menjadi Musik Asli Indonesia. Dan akhirnya Musik Asli Dangdut Indoensia sudah merambah ke Dunia Internasional antara lain Musik dangdut ini sudah masuk ke negara Jepang yang mulai gandrung dengan Musik Dangdut ini yang menwa kebanggaan kita akan Musik Dangdut Musik Asli Indonesia kita tersayang ini.

Rhоmа Irаmа Rеvоluѕі Sі Rаjа Dаngdut

Rhoma Irama Revolusi Si Raja DangdutRhoma Irama yaitu seorang revolusioner dalam dunia musik Indonesia. Demikianlah komentar seorang sosiolog AS dalam tesisnya berjudul Rhoma Irama and the Dangdut Style: Aspect of Contemporary Indonesia Popular Culture , 1985. Komentar ini tidaklah berlebihan mengingat "Raja Dangdut" yang mencanangkan semboyan Voice of Moslem pada 13 Oktober 1973 ini menjadi biro pembaharu musik Melayu yang menggabungkan unsur musik rock dalam musik melayu serta melaksanakan improvisasi atas syair , lirik , kostum dan tampilan di atas panggung.

Pengalamannya menyanyikan lagu-lagu India sewaktu masih sekolah dasar , lagu-lagu pop dan rock Barat hingga tamat 1960-an kemudian beralih ke musik Melayu , menimbulkan lagu dan musik yang dibawakannya di atas panggung lebih dinamis , melodis dan menawan.

Kehidupannya tidak jauh dari terpaan gosip dan komentar pro dan kontra terhadap aneka macam sikap yang diambilnya. Katakan saja , fenomena goyangan Inul yang dikecamnya dan dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Bahkan belum usang ini , sekitar bulan Mei 2003 lalu , ia digosipkan menjalin kekerabatan "istimewa" dengan artis dangdut , Lely Angraeni (Angel). Menanggapi hal itu , Sang Raja Dangdut yang sudah puluhan tahun merajai belantara dunia artis tetap hening menawarkan penjelasan kepada penduduk perihal gunjingan tersebut.

Pria "aristokrat" kelahiran Tasikmalaya , 11 Desember 1946 ini merupakan putra kedua dari empat belas bersaudara , delapan pria dan enam perempuan (delapan kerabat kandung , empat kerabat seibu dan dua kerabat bawaan dari ayah tirinya).

Ayahnya , Raden Burdah Anggawirya , seorang komandan gerilyawan Garuda Putih , memberinya nama "Irama" lantaran bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. Sebelum pindah ke Tasikmalaya , keluarganya tinggal di Jakarta dan di kota inilah kakaknya , Haji Benny Muharam dilahirkan.

Setelah bertahun-tahun tinggal di Tasikmalaya , keluarganya termasuk kakaknya , Haji Benny Muharam , dan adik-adiknya , Handi dan Ance , pindah lagi ke Jakarta kemudian tinggal di Jalan Cicarawa , Bukit Duri , kemudian pindah ke Bukit Duri Tanjakan. Di sinilah mereka menghabiskan masa remaja hingga tahun 1971 kemudian pindah lagi ke Tebet.

Semenjak kecil Rhoma sudah terlihat bakat seninya. Tangisannya terhenti setiap kali ibundanya , Tuti Juariah menyenandungkan lagu-lagu. Masuk kelas nol , ia sudah mulai menggemari lagu. Minatnya pada lagu semakin besar ketika masuk sekolah dasar. Menginjak kelas 2 SD , ia sudah bisa membawakan lagu-lagu Barat dan India dengan baik. Ia suka menyanyikan lagu No Other Love , kesayangan ibunya , dan lagu Mera Bilye Buchariajaya yang dinyanyikan oleh Lata Maagiskar. Selain itu , ia juga menikmati lagu-lagu Timur Tengah yang dinyanyikan Umm Kaltsum.

Bakat musiknya mungkin berasal dari ayahnya yang fasih memainkan seruling dan menyanyikan lagu-lagu Cianjuran , suatu kesenian khas Sunda. Selain itu , pamannya yang bernama Arifin Ganda suka mengajarinya lagu-lagu Jepang ketika Rhoma masih kecil.

Karena usia Rhoma dengan kakaknya Benny tidak berbeda jauh , mereka senantiasa kompak dan pergi berdua-duaan. Berbeda dengan kakaknya yang lebih sering malas ikut mengaji di surau atau rumah kyai , Rhoma selalu mengikuti pengajian dengan tekun. Setiap kali ayah ibunya mengajukan pertanyaan apakah kakaknya ikut mengaji , Rhoma selalu menjawab ya. Ke sekolahpun mereka berangkat bareng -sama. Dengan berboncengan sepeda , keduanya berangkat dan pulang ke sekolah di SD Kibono , Manggarai.

Di dingklik SD , bakat menyanyi Rhoma kian kelihatan. Rhoma adalah murid yang paling tekun bila disuruh maju ke depan kelas untuk menyanyi. Dan uniknya , Rhoma tidak sama dengan murid-murid lain yang suka malu-malu di depan kelas. Rhoma menyanyi dengan suara keras hingga terdengar sampai ke kelas-kelas lain. Perhatian murid-murid semakin besar lantaran Rhoma tidak menyanyikan lagu anak-anak atau lagu kebangsaan , melainkan lagu-lagu India.

Bakatnya selaku penyanyi mendapat perhatian penyanyi senior , Bing Slamet karena melihat performa Rhoma yang mengesankan sewaktu menyanyikan sebuah lagu Barat dalam jadwal pesta di sekolahnya. Suatu hari di saat Rhoma masih duduk di kelas 4 , Bing membawanya tampil dalam sebuah show di Gedung SBKA (Serikat Buruh Kereta Api) di Manggarai. Ini merupakan pengalaman yang membanggakan bagi Rhoma.

Sejak itu , meski belum berpikir untuk menjadi penyanyi , Rhoma sudah tidak terpisahkan lagi dari musik. Dengan perjuangan sendiri , ia berguru memainkan gitar hingga cakap. Karena saking tergila-gilanya dengan gitar , Rhoma sering bikin ibunya marah besar. Setiap kali ia pulang sekolah , yang pertama dia cari ialah gitar. Begitu pula setiap kali ia keluar rumah , gitar nyaris senantiasa ia bawa.

Pernah suatu kali , ibunya menyuruh Rhoma mempertahankan adiknya , tetapi Rhoma lebih senang memilih bermain gitar. Akibat ulahnya itu , ibunya merampas gitarnya kemudian melemparkannya ke arah pohon jambu hingga pecah. Kejadian itu bikin sedih Rhoma lantaran gitar yakni sahabat nomor satu baginya.

Dalam perkembangannya dalam mendalami musik , Rhoma mulai menyadari bahwa meskipun ayah dan ibunya - pasangan berdarah aristokrat - adalah penggemar musik , mereka tetap menganggap dunia musik bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan atau dijadikan suatu profesi. Ibunya sering meneriakkan "berisik" setiap kali ia menyanyi dan beranggapan bahwa musik akan menghalangi sekolahnya. Kenyataan ini bikin bakat musik Rhoma justru semakin meningkat dari luar rumah lantaran di dalam rumah ia kurang mendapat pertolongan.

Sewaktu Rhoma masih kelas 5 SD tahun 1958 , ayahnya meninggal dunia. Sang ayah meninggalkan delapan anak , yaitu , Benny , Rhoma , Handi , Ance , Dedi , Eni , Herry , dan Yayang. Ketika kakaknya , Benny masih duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Pertama , ibunya menikah lagi dengan seorang perwira ABRI , Raden Soma Wijaya , yang masih ada korelasi famili dan juga berdarah bangsawan. Ayah tirinya ini menenteng dua anak dari istrinya yang terdahulu dan setelah menikah dengan Ibu Rhoma , sang ibu melahirkan dua anak lagi.

Ketika ayah kandungnya masih hidup , suasana di rumahnya feodal. Sehari-hari ayah dan ibunya berbicara dengan bahasa Belanda. Segalanya harus serba terorganisir dan menggunakan tata krama tertentu. Para pembantu mesti mengundang anak-anak dengan sebutan Den (raden). Anak-anak harus tidur siang dan makan bersama-sama. Ayahnya juga tak segan-segan menghukum mereka dengan pukulan kalau dianggap melakukan kesalahan , contohnya bermain hujan atau membolos sekolah.

Keadaan keluarga Rhoma di Tebet waktu itu memang tergolong cukup kaya bila dibandingkan dengan masyarakat sekitar. Rumahnya mentereng dan mereka mempunyai beberapa kendaraan beroda empat mirip Impala , mobil yang tergolong mewah di zaman itu. Rhoma juga senantiasa berpakaian bagus dan mahal.

Namun , suasana feodal itu tidak lagi kental setelah ayah tiri-nya hadir di tengah-tengah keluarga mereka. Bahkan dari ayah tiri inilah , di samping pamannya , Rhoma mendapat 'angin' untuk menyalurkan bakat musiknya. Secara bertahap ayah tirinya membelikan alat-alat musik akustik berupa gitar , bongo , dan sebagainya.

Dunia Rhoma di masa kanak-kanak rupanya bukan cuma dunia musik. Rhoma juga suka langgar jotos dengan anak-anak lain. Lingkungan pergaulannya sewaktu itu tergolong keras. Anak-anak saat itu cenderung mengelompok dalam geng , dan satu geng dengan geng yang lain saling berselisih , atau setidaknya saling bersaing. Dengan demikian , pertengkaran antar geng sering tak terhindarkan.

Di Bukitduri tempat tinggalnya , nyaris setiap kampung di tempat itu terdapat geng (kelompok anak muda). Di Bukitduri ada BBC (Bukit Duri Boys Club) , di Kenari ada Kenari Boys , Cobra Boys , dan sebagainya. Dari Bukitduri Puteran , dan dari Manggarai banyak anak muda yang bergabung dengan Geng Cobra. Geng-geng ini saling bermusuhan sehingga keributan selalu nyaris terjadi setiap kali mereka bertemu.

Satu hal yang cukup menonjol pada diri Rhoma yaitu teman-temannya hampir selalu menjadikan Rhoma sebagai pemimpin. Tentu saja , bila gengnya bentrok dengan geng lain , Rhomalah yang dikehendaki tampil paling depan , untuk berantem. Meskipun pernah menang berulang kali , Rhoma juga sering mengalami bonyok , bahkan pernah luka cukup parah karena dikeroyok 15 anak di tempat Megaria.

Ketika ia masuk Sekolah Menengah Pertama , tempat-tempat berlatih silat kian marak. Tetapi , bagi Rhoma , ilmu bela diri nasional ini tidaklah aneh , karena semenjak kecil ia sudah mendapat latihan dari ayahnya dan beberapa guru silat lainnya. Rhoma pernah belajar silat Cingkrik (paduan silat Betawi dan Cimande) pada Pak Rohimin di Kebun Jeruk , Jakarta Barat. Rhoma juga pernah mencar ilmu silat Sigundel di Jalan talang , selain beberapa ilmu silat yang lain. Bila terjadi perkelahian antar geng , para anggota geng saling menjajal ilmu silat yang telah mereka pelajari.

Karena kebandelannya itulah maka Rhoma berulang kali harus tinggal kelas , sehingga lantaran malu maka ia acapkali berpindah sekolah. Kelas Tiga Sekolah Menengah Pertama dijalaninya di Medan. Ketika itu ia dititipkan di rumah pamannya. Tapi , tak berapa usang kemudian ia sudah pindah lagi ke SMP Negeri XV Jakarta.

Kenakalan Rhoma terus berlanjut hingga bangku SMA. Sewaktu bersekolah di Sekolah Menengan Atas Negeri VIII Jakarta , ia pernah kabur dari kelas lewat jendela lantaran ingin bermain musik dengan sobat-temannya yang sudah menunggunya di luar. Kegandrungannya pada musik dan bertengkar di luar dan dalam sekolah menjadikannya acapkali keluar masuk sekolah Sekolah Menengan Atas. Selain di Sekolah Menengan Atas Negeri VIII Jakarta , ia juga pernah tercatat sebagai siswa di Sekolah Menengan Atas PSKD Jakarta , St Joseph di Solo , dan balasannya ia menetap di SMA 17 Agustus Tebet , Jakarta , tak jauh dari rumahnya.

Di masa SMA lah Rhoma sempat melewati masa-masa sungguh pahit. Ia terpaksa menjadi pengamen di jalanan Kota Solo. Di sana dia ditampung di rumah seorang pengamen berjulukan Mas Gito. Sebenarnya , sebelum "terdampar" di Solo , ia berniat hendak berguru agama di Pesantren Tebuireng Jombang. Namun , karena tidak berbelanja karcis , Rhoma , Benny kakaknya , dan tiga orang temannya , Daeng , Umar , dan Haris mesti main kucing-kucingan dengan kondektur selama dalam perjalanan. Daripada terus gelisah karena takut tertangkap basah kemudian diturunkan di tempat sepi , mereka kesannya menentukan turun di Stasiun Tugu Jogja. Dari Jogja , mereka naik kereta lagi menuju Solo.

Di Solo , Rhoma melanjutkan sekolahnya di SMA St. Joseph. Biaya sekolah diperolehnya dari mengamen dan memasarkan beberapa potong busana yang dibawanya dari Jakarta. Namun , lantaran di Solo sekolahnya tidak lulus , Rhoma mesti pulang ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA 17 Agustus hingga hasilnya lulus tahun 1964. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas 17 Agustus , namun hanya bertahan satu tahun lantaran ketertarikan Rhoma terhadap dunia musik sudah terlampau besar.

Pada tahun tujuh puluhan , Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi terkemuka sesudah jatuh berdiri dalam mendirikan band musik , mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian , ia pindah masuk Orkes Chandra Leka , sampai hasilnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya , Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Tahun 1972 , ia menikahi Veronica yang kemudian memberinya tiga orang anak , Debby (31) , Fikri (27) dan Romy (26). Tetapi sayang , Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985 sehabis sekitar setahun sebelumnya Rhoma menikahi Ricca Rachim - partner-nya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta , Badai di Awal Bahagia , Camellia , Cinta Segitiga , Melodi Cinta , Pengabdian , Pengorbanan , dan Satria Bergitar. Hingga sekarang , Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.

Kesuksesannya di dunia musik dan dunia seni peran bikin Rhoma sempat mendirikan perusahaan film Rhoma Irama Film Production yang berhasil memproduksi film , di antaranya Perjuangan dan Doa (1980) serta Cinta Kembar (1984).

Kini , Rhoma yang umum dipanggil Pak Haji ini , banyak mengisi waktunya dengan berdakwah baik lewat musik maupun ceramah-ceramah di televisi hingga ke penjuru nusantara. Dengan semangat dan gaya khasnya , Rhoma yang mengakibatkan grup Soneta selaku Sound of Moslem terus giat meluaskan syiar agama.

Fеnоmеnа " Muѕіk Dаngdut "

Penyebutan nama "dangdut" diambil dari suara permainan tabla (lebih dikenal selaku gendang) yang didominasi oleh bunyi "dang" dan "ndut". Sebuah artikel majalah pada permulaan 1970-an menyebut kata ini terhadap bentuk suatu musik melayu yang sungguh populer di kalangan masyarakat kelas pekerja ketika itu.

Makanya , musik dangdut dikenal selaku musik kelas bawah. Musik dangdut sendiri mulai dikenal pada tahun 1940-an. Selayaknya budaya penduduk Indonesia yang mendapatkan efek-imbas gila untuk mempertinggi khasanah peradabannya , begitu pula dengan musik dangdut. Berturut-turut unsur musik India (alunan penggunaan tabla) , unsur musik arab (cengkok dan harmonisasi) , dan unsur musik barat (penggunaan gitar listrik) , mengakibatkan musik dangdut matang sejak permulaan tahun 1970-an.Sebagai musik terkenal , dangdut sangat terbuka terhadap dampak bentuk musik lain , mulai dari keroncong , langgam , degung , gambus , rock , pop , bahkan house music.

Pada akibatnya , yaitu kenyataan bahwa musik dangdut bisa dihasilkan dari musik apapun. Ini merupakan kelebihan lantaran dangdut bisa dimainkan dimanapun dan kapanpun. Misalnya lagu Aku Tak Biasa yang dipopulerkan oleh Alda dengan genre pop , mampu diolah kembali menjadi musik dengan genre dangdut yang tidak kalah asyik. Bahkan Leaving On A Jet Plane milik John Denver-pun akan menjadi empuk di telinga bila diramu kembali lewat genre dangdut.

Namun kelebihan ini sekaligus ialah kerugian besar untuk musik dangdut , karena musik dangdut akan dicitrakan bukan selaku musik kreatif dan original lantaran cukup dengan mengganti aransemennya saja sebuah lagu bisa diubah menjadi lagu dangdut. Dengan kenyataan ini maka tak ayal lagi musik dangdut cuma akan dilirik sebelah mata oleh golongan seniman musik.

Posisi dilematis di atas dirobohkan oleh pretensi bahwa konser dangdut tidaklah sah bila tidak diiringi oleh tarian seronok para penyanyinya. Seronok berasal dari kata onok yang diberi imbuhan ser- (alah gak penting). Sebagai salah satu genre "MUSIK" , dangdut lebih memprioritaskan tontonan visual dibandingkan dengan sajian audio. Misalnya Aura Kasih dengan video klip yang kelewat vulgar sampai-hingga dicekal dan terpaksa bikin ulang video klip untuk lagu yang sama (ini pun masih vulgar).

Untuk itu menjadi penyanyi dangdut tidak cukup cuma dengan suara merdu , namun juga harus mempunyai badan yang erotis. Sebenarnya hal ini bisa menjadi keunggulan musik dangdut dibandingkan genre musik yang lain , karena seorang penyanyi musik dangdut dituntut mempertahankan keadaan fisiknya.

Tetapi sayang beberapa selebritis nasional merusak potensi ini dengan memaksakan diri menjadi penyanyi dangdut padahal mutu suaranya pas-pasan , padahal sense of dut-nya masih kurang. Jadinya malah memperkuat fikiran bahwa "musik" dangdut lebih memanjakan mata penontonnya ketimbang indera pendengaran.

Anggapan bahwa dangdut yaitu musik kelas bawah juga dikuatkan oleh realita bahwa musik dangdut lambat dalam perkembangannya. Lagu-lagu yang digunakan dalam konser dangdut adalah lagu yang itu-itu saja. Didominasi oleh lagu-lagu ciptaan seniman dangdut generasi renta , atau lagu-lagu popular dari genre yang lain yang di-"dangdut"-kan. Hanya sedikit lagu-lagu gres yang semenjak permulaan terkenal dari genre dangdut. Gejala ini jika tidak segera diantisipasi oleh musisi dangdut , selamanya musik dangdut akan menjadi musik kelas bawah , atau akan terbang tinggi menjadi tembang ingatan , hilang.

Inul " Tіtіk Bаlіk Muѕіk Dаngdut Mоdеrn "

Inul Dangdut sebagai salah satu jenis musik mempunyai keunikan tersendiri. Iramanya sanggup bikin semua orang berjoget tanpa perlu aturan tertentu untuk mencicipinya. Lirik-lirik dangdut sarat dengan nada ratapan nasib , kekecewaan , kekesalan , kebencian , impian , tangisan dan cinta terhadap sesuatu. Karena itu dangdut identik dengan musik yang cengeng , norak dan kampungan. Musik dangdut juga milik mereka yang kampungan dan yang kampungan itu adalah kaum pinggir/rakyat miskin.

Adalah Televisi Pendidikan Indonesia atau disingkat dengan TPI yang pertama kali menyiarkan agenda musik dangdut. Acara yang ditayangkan pada siang hari , berdurasi satu jam merupakan agenda khusus musik dangdut. Target penonton ialah para pecinta musik dangdut yang tersebar di pelosok-pelosok desa. Tahun 1995-an Indosiar salah satu tv swasta membuat program musik "Dangdut on The Campus" yang diputar pada hari Minggu pukul 10 pagi. Tayangan ini mengupas tentang usulan para mahasiswa (mampu dibaca "jajak pertimbangan ") ihwal musik dangdut dan mahasiswa diminta untuk ikut bergoyang dangdut. Acara ini nampaknya cukup sukses dan diikuti terus oleh kelompok mahasiswa sekaligus menunjukan bahwa tidak semua mahasiswa alergi terhadap musik dangdut.

Tidak mau ketinggalan dengan televisi yang lain , SCTV bikin acara "Sik , Asyik.." acara khusus musik dangdut. RCTI dengan "JOGED"-nya dan LATIVI pendatang gres dipertelevisian menggelar pribadi musik dangdut yang dibungkus dalam "Kawasan Dangdut". Demikian juga dengan tv-tv lain berlomba-lomba menyajikan musik dangdut.

Musik dangdut di tv dibungkus begitu rupa , dari penampilan penyanyinya dengaan baju "sopan" dan tertutup , goyangan yang dibatasi , dan mencampakkan syair-syair yang erotis. Semua ini dilaksanakan untuk menetralisir kesan , kalau dangdut itu musik erotis dan menghancurkan moral. Secara tidak pribadi ini yakni perjuangan supaya dangdut dapat diterima oleh semua lapisan penduduk .

Sosialisasi musik dangdut lewat layar beling kelihatannya cukup berhasil , buktinya musik dangdut diterima oleh mahasiswa , musik dangdut diputar di kafe-kafe milik kaum elit , para pecinta musik klasik , jazz , rock dan lagu-lagu pop yang lain mau mendengar lirik-lirik dangdut. Sebagian dari artis (semula artis pop) bersedia menyanyikan lagu-lagu dangdut. Bahkan gubernur Jatim Basofi Sudirman kala itu , dikenal selaku "penyanyi dangdut" dengan lagu hit-nya "Tidak Semua Laki-Laki". Contoh kongkrit lain adalah Obbie Mesakh pencipta lagu-lagu pop berputar haluan mencipta lagu dangdut. Dengan demikian perjuangan "menimbulkan dangdut sebagai musik semua lapisan masyarakat" lewat televisi terbukti sangat ampuh.

Gоуаng "Ngеbоr" Inul Bаgіаn Dаrі Dаngdut Pіnggіrаn

Rileks.Com ialah portal hiburan yang pertama kali menulis perihal goyang "ngebor" Inul. dalam kupasannya diperoleh informasi bahwa Inul sudah lama berkarir didunia hiburan , selama itu ia menghibur masyarakat pada banyak jadwal mirip perkawinan dan sebagainya. Karena goyang "ngebor"-nya yang terkenal , Inul sudah sampai ke luar negeri. Kemudian dalam waktu yang relatif singkat , gosip perihal goyang "ngebor" Inul menghiasi media-media yang ada di negeri ini.

Hampir di setiap warung makan , di perkantoran , kampus dan tempat biasa lainnya membahas tentang Inul. Di golongan artis sendiri , timbul pendapat yang pro-kontra tentang artis "gres" Inul Daratista. Kritikan Rhoma senada dengan beberapa tokoh agama yang mengkritik goyang Inul adalah goyang ranjang pengundang nafsu birahi. Nada-nada minor terhadap Inul tiba secara beruntun , sikap pro dan kontra ditunjukan secara terbuka. Semua memperlihatkan adanya rasa iri ,cemburu dan takut tersaingi. Inul dilihat sebagai "bahaya" dalam mencapai keuntungan di bisnis hiburan. Karena Inul sanggup menurunkan popularitas artis-artis papan atas , dalam waktu yang pendek.

Gaya Inul yang norak , goyangan yang hot , suara yang pas-pasan ternyata sanggup menguras perhatian masyarakat. Sebagian besar penduduk bersemangat menyambut kehadiran Inul dan goyang Inul ditunggu oleh kita semua. Diakui atau tidak dan disadari atau tidak , kita menerima musik dangdut yang kampungan itu lewat kedatangan Inul. Karena musik dan goyangan yang disediakan Inul yakni kepingan dari musik dangdut pinggiran.

Pada hakekatnya dangdut adalah milik mereka yang termarjinalkan. Meminjam ungkapan Rhoma dangdut ialah milik kaum comberan. Sebagai haji dan seniman dangdut , Rhoma sangat meremehkan penggemarnyaa dengan label comberan. Seperti dikutip oleh PK edisi Minggu 27 April , "…citra dangdut yang dibangun oleh seniman kembali terperosok masuk comberan". Inul dituding telah menghancurkan citra dangdut yang sulit payah dibangun semoga masuk kelompok elit. Rhoma begitu emosi karena ia dan kelompoknya merasa berjasa dalam memboyong dangdut comberan ke papan atas.

Fenomena Inul adalah titik balik dangdut yang "disopankan"Apa yang dikerjakan Rhoma dan seniman dangdut lain untuk mengangkat derajat dan gambaran dangdut tidaklah salah. Tapi jangan lupa bahwa dangdut juga milik mereka yang comberan. Ketika dangdut "disopankan" oleh sebagian seniman , pada dikala yang serupa dangdut comberan tetap berjalan dalam penduduk . Nampaknya kesenian "comberan" (penulis tidak sesuai dengan kata ini lantaran terlalu merendahkan dan kasar) ini tidak akan mati bahkan sebaliknya ia akan tetap hidup. Inul hanyalah satu teladan wajah dangdut pinggiran yang timbul kepermukaan , disaat musik dangdut terhanyut dalam keelitannya. Masih banyak seniman dangdut yang lebih parah dari Inul , hanya saja keberuntungan sedang berpihak pada Inul.

Goyang "bor" Inul sedang "mengingatkan" musik dangdut yang terlena dengan "kemodernannya" , untuk kembali pada ciri khas dangdut pinggiran. Fenomena Inul hendak menyampaikan inilah musik dangdut orisinil , yang cengeng , norak dan kampung. Musik dangdut yaitu selera dan milik kaum marjinal , musik yang sanggup menghibur wong cilik , masyarakat lapisan paling bawah dan paling banyak penghuninya. Mungkin sudah saatnya dangdut harus kembali keselera asal , Inul hendak mengajak kita semua untuk menengok kembali asal muasal "negeri musik dangdut".

Orang bijak menyampaikan bahwa roda senantiasa berputar , ada kalanya insan atau sesuatu duduk diposisi puncak , satu dikala nanti berada dibawah. Demikian halnya dengan musik , rambut dan mode atau baju. Tidak ada sesuatu yang baru , karena yang gres bergotong-royong ialah yang lama diputar kembali. Begitu juga dengan fenomena Inul , ia yaitu titik balik dari dangdut yang dimodernkan. Kaprikornus mengapa dicerca dan dimaki? Marilah kita jujur di saat mencaci kita juga bantu-membantu menikmati.

Cіrі-Cіrі Alіrаn Muѕіk Dаngdut
  1. Alаt muѕіknуа аkuѕtіk , dеngаn ѕtаndаrіѕаѕі mеlауu , mіrір аkоrdіоn , ѕulіng , gеndаng , mаdоlіn , dаn dаlаm реrkеmbаngаn dі еrа іnі уаіtu оrgаn mеkаnіk ѕеrtа bіоlа.
  2. Lаgunуа , gаmраng dісеrnа ѕеhіnggа tіdаk ѕuѕаh untuk dіtеrіmа реnduduk .
  3. Irаmаnуа tеrbаgі dаlаm tіgа реnggаlаn уаknі ѕеnаndung (ѕаngаt lаmbаt) , lаgu duа (і rаmаnуааgаk сераt) dаn mаkіnаng (lеbіh ѕіngkаt).
  4. Lіrіknуа mаѕіh lеkаt раdа раntun.
  5. Irаmа muѕіknуа ѕаngаt mеlаnkоlіk.
  6. Bаngunаn ѕеbаgіаn bеѕаr lаgu dаngdut ѕungguh kоnѕеrvаtіf ,
  7. Sеbаgіаn bеѕаr tеrѕuѕun dаrі ѕаtuаn dеlараn bіrаmа 4/4 (jаrаng ѕеkаlі dіdараtkаn lаgu dаngdut dеngаn bіrаmа 3/4 , kесuаlі раdа lаgu-lаgu mаѕа Mеlауu Dеlі (tеlаdаn: Burung Nurі)).
  8. Mіѕkіn іmрrоvіѕаѕі , bаіk mеlоdі mаuрun hаrmоnі.
  9. Sаngаt mеngаndаlkаn kеtukаn tаblа dаn ѕіnkор.
  10. Pаdа umumnуа tіdаk mеmрunуаі rеfrаіn , tеtарі mеmіlіkі bаgіаn kеduа dеngаn bаngunаn mеlоdі уаng bеrbеdа dеngаn kеріngаn реrtаmа.


Fеnоmеnа Sаwеrаn Dаlаm Muѕіk Dаngdut


Perkembangan kesenian remaja ini sangat pesat apalagi pada seni musik. Mungkin lantaran orang-orang sudah lelah di "cekoki" oleh info-isu politik negeri ini yang tidak menentu dan bikin sakit kepala. Untuk itu mereka mengalihkan perhatiannya pada bidang lain yakni bidang seni. Seperti kita ketahui seni itu merupakan jiwa dari manusia karena intinya setiap insan mempunyai rasa keindahan. Oleh alasannya adalah itu manusia selalu ingin tahu ihwal seni dan senantiasa ingin menikmatinya.

Kesenian itu sendiri merupakan hasil dari rasa dan karsa dan cipta insan yang mempunyai estetika , bahkan kadang-kadang seni bisa mengganti identitas manusia dan bikin pergeseran-perubahan yang sungguh besar dalam suatu peradaban insan. Suatu kesenian merupakan belahan dari kebudayaan oleh lantaran itu insan yang berkesenian pastinya manusia yang berbudaya.

Pada ketika sekarang ini banyak kesenian-kesenian yang meningkat seiring pergantian waktu. Saat ini terbilang kesenian itu bisa berbentukseni musik , seni tari , seni drama dan seni rupa. Karena bilangan seni yang ada itu pastinya kita tidak menyaksikan seni keseluruhannya hanya menghalangi pada seni musik. Seni musik ini pun ada berbagai macam yakni: seni musik tradisional , seni musik pop , rock , R & BN , dan musik dangdut.

Tidak ada yang tahu asal mulanya musik dangdut , ada sebagian golongan bilang bahwa musik dangdut berasal dari India , tetapi ada sebagian juga bilang bahwa musik dangdut itu musik asli Indonesia yakni berasal dari musik Melayu Deli. Dalam musik dangdut itu ada suatu budaya yang sangat identik dengan dangdut yaitu "saweran".

Saweran berasal dari bahasa Sunda yaitu "sawer" yang artinya melempar uang biasanya dilaksanakan pada ketika upacara kebesaran tradisional mirip , sunatan , kawinan dan sebagainya. Di dalam musik dangdut dari pendengar musik dangdut atau hadirin dari pergelaran dangdut itu. Di sini dapat dilihat mengapa saweran dalam musik dangdut cukup menarik? Karena kita tahu bahwa untuk jenis musik lain tidak ada perumpamaan saweran apalagi uang tip yang kadang bisa melampaui bayaran dari biduanita itu sendiri dan Indonesia banyak group-group dangdut yang senantiasa mengandalkan saweran dalam setiap pertunjukan panggung grup-grup tersebut.

Kita pahami bahwa grup-grup band khususnya musik dangdut itu identik dengan saweran lantaran mereka harus menjalani suatu kesinambungan untuk kelancaran hidup para anggota grup itu sendiri. Sebenarnya keadaan saweran itu yang mengakibatkan seniman musik dangdut itu merupakan musiknya orang pinggiran atau suatu seni musik yang indah dan lebih terbuka lagi bagi penduduk kalangan manapun.

Sebenarnya saweran itu sudah merupakan suatu pelanggaran dari estetika kesenian , karena dengan saweran di dalam musik dangdut dapat terjadi pergeseran dari keaslian/originalitas (pure art) musik dangdut sendiri , dengan mengganti lirik lagu dangdut dengan lirik yang dibentuk sendiri oleh biduantita dangdut itu dan biasanya lagu dangdut itu sudah jauh dari aslinya kalau sudah menghadapi para penyawer yang notabenenya ingin "kesohor" atau terkenal. Ada pepatah menyampaikan biar tekor asal kesohor. Mungkin ini banyak yang menjadi alasan para penyawer di panggung-panggung dangdut hiburan kita. Ada yang berargumentasi rela memboroskan uang untuk sekedar menyawer bukan hanya ingin kesohor , melainkan mencari kepuasan batin semata. Memang sungguh fenomenal "saweran" dalam musik dangdut kita.

Tapi disatu pihak saweran tersebut sungguh mempunyai arti bagi kelancaran hidup grup-grup band dangdut. Karena grup-band dangdut papan bawah yang bayarannya per grup masih jauh di bawah persyaratan tentu membutuhkan tambahan lantaran itu saweran di sini sangatlah diharapkan walaupun saweran itu menghancurkan dari keindahan suatu kesenian musik itu.

Untuk grup-grup band dangdut papan atas dan penyanyi dangdut papan atas , saweran memang tidak diperlukan untuk mereka lantaran biasanya bayaran per grup mereka sudah melebihi tolok ukur hidup mereka. Karena itulah saweran diharapkan oleh pemusik dan penyanyi sebagai extra penghasilan mereka.

Seorang biduantita biasanya lebih banyak mendapat hasil dari saweran itu dibandingkan dengan bayarannya di panggung musik dangdut , karena itu menurut beberapa biduanita saweran itu merupakan seni dari musik dangdut itu sendiri. Tanpa saweran , itu bukan musik dangdut. Sebenarnya kalau kita membanding dari sudut etika , benar atau salah saweran itu sudah melanggar suatu etika kesenian karena kesenian itu harus sungguh-sungguh murni tanpa ada extra atau tambahan apapun , namun mirip yang sudah diuraikan di atas bahwa saweran itu perlu untuk kelancaran hidup para pemusik dan penyanyi dangdut , lantaran itu disini etika disingkirkan walaupun bahwasanya saweran itu melanggar etika.

Kalau dilihat dari sudut estetika sebenarnya saweran itu sudah merubah suatu keindahan seni itu. Suatu keindahan itu sudah keluar dari jalur yang ditetapkan oleh perasaan bahwa seni bisa dilihat keindahannya kalau seni itu suatu seni yang murni/pure art.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu estetika seni bersifat relatif tergantung dari sudut mana si penikmat seni melihatnya. Kaprikornus pelanggaran suatu etika dalam kesenian khusunya estetika dari seni musik dangdut itu ada tapi pelanggaran itu juga merupakan suatu keindahan dan seni musik dangdut itu sendiri. Bahwa saweran itu tidak melanggar suatu estetika seni melainkan saweran itu memperbesar keindahan dari seni itu sendiri , apalagi seni musik dangdut yang merupakan seni musik asli Indonesia. Untuk itu kita harus senantiasa menjaga keindahan budaya khususnya seni musik untuk memperkaya rasa keindahan di dalam hati kita.

Dangdut merupakan salah satu jenis musik yang populer di Indonesia. Banyak pedangdut yang bersuara emas dan membawakan lagu secara santun. Namun , banyak pula pedangdut yang sebaliknya. Mereka menyanyi dangdut dengan goyangan erotis. Berikut ini beberapa pola fenomena dangdut erotis yang menghebohkan sekaligus memalukan.

Dangdut kiamat merupakan sebuah pagelaran musik dandut yang didalamnya menyuguhkan tarian erotis. Tarian erotis itu dibawakan oleh sang penyanyi wanita bagus sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut yang biasa kita lihat di televisi. Padahal yang menonton dangdut erotis ini tidak hanya dari kelompok cukup umur saja akan tetapi anak-anak dibawah umur pun ada disana menonton dangdut erotis ini.

Bisa dibayangkan jikalau goyangan dangdut erotis ini dibiarkan begitu saja ada dikalangan masyarakat kita , bisa jadi 10 tahun yang hendak datang bangsa ini tidak lagi memiliki moral yang bagus. Buktinya , dahulu kita tidak memedulikan yang namanya dangdut erotis dan goyangan dangdut erotis yang lainnya. Tapi , sesudah goyang ngebor yang diciptakan pertama kali oleh Inul Dratista , maka bermunculanlah berbagai macam goyangan dangdut erotis yang yang lain. Sampai yang sekarang disebut dengan Dangdut Akhir Zaman.

Referensi:
http://dongeng-indonesian.blogspot.com/2012/07/sejarah-musik-dangdut-indonesia.html
http://novan.staf.narotama.ac.id/2012/02/07/sejarah-pertumbuhan-musik-dangdut-indonesia/
Seluruh informasi yang tersajikan di situs web kami (I Smail Zone) diterbitkan dengan tujuan sebatas sebagai informasi umum. Kami tidak menjamin tentang kelengkapan, keandalan, dan keakuratan pada setiap informasi yang kami terbitkan melalui tulisan-tulisan di dalam situs web kami.
Melalui situs kami, Anda dapat mengunjungi tautan eksternal. Meskipun kami berusaha untuk hanya menyertakan tautan berkualitas tinggi ke situs lain yang bermanfaat dan etis, kami tidak memiliki kendali penuh atas konten dan sifat situs yang kami tautkan. Baca Selengkapnya: https://ismail-zone.blogspot.com/p/blog-page_7.html.
Sumber Artikel: http://pandri-16.blogspot.com
Next Post Previous Post