Sejarah Awal Berdiri Klub Liverpool (The Reds)

I Smail Zone -
Sеjаrаh Awаl Bеrdіrі Klub Lіvеrрооl (Thе Rеdѕ) - Liverpool F.C. (biasa diundang The Reds) yaitu sebuah klub sepak bola papan atas di Inggris yang berbasis di kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5 tropi Liga Champions (dulu Piala Champions) , yang merupakan rekor Inggris.18 gelar Liga Inggris , 7 Piala FA , serta , 7 kali juara Piala Liga. Stadion mereka berada di Anfield , yang terletak sekitar 4 ,8 km dari pusat kota Liverpool.

Didirikan pada 1892 akibat perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding selaku Presiden Club yang juga pemilik stadion Anfield. Akibat dari perseteruan itu , Everton karenanya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding membuat stadion Anfield sebagai kandang Liverpool FC hingga sekarang. Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds , Ltd. , atau diringkas Everton Athletic , namun FA menolak mengakui ada dua tim berjulukan Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John Houlding pun jadinya menentukan nama Liverpool FC. Liverpool berkembang menjadi kekuatan serius di persaingan sepakbola Inggris.
Sejarah Awal Berdiri Klub Liverpool (The Reds)
Lіvеrрооl

Pada demam isu pertamanya , Lіvеrрооl FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum hasilnya bergabung dengan Divisi II Liga Inggris pada trend 1893/94. Pada musim pertamanya di Divisi II Liga Inggris , Liverpool FC langsung menjadi juara dan berhak untuk penawaran khusus ke Divisi I Liga Inggris ( sekarang Premiere League ). Tak butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga , alasannya pada isu terkini pertamanya di Divisi I ini (musim 1900/01) , Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Liverpool FC sukses menjangkau juara liga 2 isu terkini berturut-turut yakni animo 1921/22 dan 1922/23 , tetapi tidak mendapatkan tropi lagi hingga demam isu 1946/47 sewaktu berhasil menjangkau gelar liganya yang ke 5. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914 , meskipun akibatnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih dari 50 tahun , risikonya Liverpool FC mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada trend 1953/54.

Liverpool sempat terseok-seok sebelum karenanya Bill Shankly tiba sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar-besaran dengan melepas 24 pemain lama dan menggunakan suatu ruangan di stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool di kemudian hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya seperti Bob Paisley , Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai membangun kekuatan Liverpool FC yang membuat iri tim musuh. Hasil dari renovasi yang dilaksanakan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil di saat berhasil penawaran spesial ke Divisi I pada musim 1961/62 dan menjadi juara liga pada musim 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 dan menjuarai Liga pada isu terkini 1965/66 , Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada ekspresi dominan kompetisi 1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar piala FA setelah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill Shankly. Karena mendadak Bill Shankly memutuskan untuk pensiun. Pemain dan Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk , bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat manajerial kepada ajun-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly kesannya pensiun pada tahun 1974 dan bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.

Kejayaan Liverpool bareng Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada dikala itu berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool FC dari tahun 1974 hingga 1983 dan hanya pada permulaan tahun Bob Paisley tidak mampu menawarkan gelar untuk Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat selaku manajer Liverpool FC , ia menawarkan total 21 tropi , tergolong 3 Piala Champion , 1 Piala UEFA , 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah bila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak cuma sukses menawarkan gelar untuk Liverpool FC , tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melaksanakan regenerasi di badan Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda mirip : Graeme Souness , Alan Hansen , Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad muda yang sungguh hebat dan berbakat , tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.

Sebagai penerus Bob Paisley yang pensiun di tahun 1983 , Joe Fagan yang pada ketika itu berusia 62 tahun , berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga , juara Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini membuat Liverpool FC sebagai klub sepakbola Inggris yang berhasil menjangkau 3 gelar juara sekaligus dalam 1 animo persaingan. Sayangnya , catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh peristiwa di stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertarungan final Piala Champion antara Liverpool FC dan Juventus ini menewaskan 39 orang , sebagian besar ialah pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi semua klub sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dihentikan mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang kesannya dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu , 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas kejadian yang diketahui dengan Tragedi Heysel. Setelah kejadian menakutkan itu , Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memperlihatkan tongkat manajerial selanjutnya terhadap Kenny Dalglish yang ditunjuk selaku player-manager. Joe Fagan menyerahkan peran manajerial Liverpool FC terhadap Kenny Dalglish yang pada dikala itu sudah menjadi pemain hebat tetapi masih mesti pertanda kapabilitas selaku seorang manajer.

Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish , Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali , tergolong gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada trend persaingan 1985/86. Bila tidak terkena bimbang dari UEFA , mampu ditentukan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk merebut Piala Champion pada ketika itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi insiden mengerikan yang lain yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertarungan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989 , ratusan penonton dari luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yang menyebabkan Liverpudlian yang berada di tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini menimbulkan 94 Liverpudlian meninggal di daerah insiden , 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah sakit dan 1 Liverpudlian yang lain meninggal dunia sehabis koma selama 4 tahun. Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan observasi kembali mengenai faktor keselamatan stadion sepakbola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report , menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yang melebihi kapasitas stadion sebab kurangnya antisipasi dari pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri. Setelah menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough , 'King' Kenny Dalglish tidak pernah mampu lepas dari stress berat yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 beliau mengumumkan pengunduran dirinya selaku manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengagetkan dunia sepakbola pada ketika itu , sebab Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu yakni tidak bisa lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani oleh instruktur tim utama Ronnie Moran sebelum risikonya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness selaku manajer selanjutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool FC sebab sungguh sukses baik sebagai pemain maupun manajer.

Perginya 'King' Kenny Dalglish dan 2 tragedi yang menakutkan ( Heysel dan Hillsborough ) tampaknya memberikan syok , eksekusi atau kutukan yang mendalam bagi Liverpool Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengganti peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness mampu memperlihatkan gelar Piala FA pada tahun 1992 , tetapi dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan taktik yang sedikit membingungkan membuat Liverpool tampil tidak konsisten pada musim itu. Hal lain yang memperburuk kekerabatan Souness dan Liverpudlian adalah sewaktu Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung terhadap koran The Sun. Seperti dikenali bahwa penduduk di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering memojokkan Liverpudlian mengenai tragedi Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness kesannya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses , tetapi pada masa kepemimpinannya banyak lahir bakat muda diantaranya : Robbie Fowler , Steve McManaman , Jamie Redknapp , Rob Jones dan David James.

Manajer Liverpool selanjutnya yakni pelatih senior Roy Evans yang sudah bareng Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada ekspresi dominan 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool yakni 'pass and move'. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya , sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut 'Spice Boys'. Selain makin matangnya pemain seperti : Robbie Fowler , Steve McManaman dan Jamie Redknapp , pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda berjulukan Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.

Pada trend persaingan 1998/99 Liverpool FC menarik instruktur asal Prancis Gerard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai 'joint manager'. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan Gerard Houllier , sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal , Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain mirip : Sami Hyypia , Stephan Henchoz , Markus Babbel , Dietmar Hamann , Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen , Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda dengan bakat luar biasa berjulukan Steven Gerrard. Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC sehabis mengalami kemerosotan prestasi di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil menjangkau Piala Liga , Piala FA , Piala UEFA , Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah cita-cita bagi Liverpool untuk mampu meraih gelar juara Liga Inggris yang terakhir dicapai pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga dan menduduki peringkat ke 4 pada ekspresi dominan 1993/94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil menunjukkan sejumlah gelar buat Liverpool FC , tetapi taktik bertahan yang diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak bisa berkompetisi untuk menjangkau gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik sangat gampang diantisipasi oleh musuh , sehingga pada 24 Mei 2004 Gerard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.

Rafael Benitez datang ke Liverpool FC sesudah berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah Benitez berhasil menenteng Liverpool FC menjuarai Liga Champions untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang sebagai partai terhebat sepanjang masa , Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan sesudah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol dari kapten Steven Gerrard , Vladimir Smicer dan penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan tubruk penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi pahlawan sehabis berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow dengan skor 3-1. Piala FA tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA , Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3 , MU 1-0 , Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard selaku Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan untuk gol pertama , melaksanakan tendangan voli untuk gol ke 2 dan melaksanakan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor 3-3 jadinya pertarungan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan tubruk penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina berulang kali melakukan kesalahan fatal , tetapi pada saat tubruk penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat selaku partai final terbaik di kala modern Piala FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai final Liga Champions 2007 , musim-ekspresi dominan berikutnya menjadi animo tanpa gelar bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang mengasyikkan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti pada tanggal 3 Juni 2010 dan digantikan oleh Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez , Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan pada tahun 2010 sewaktu Liverpool FC di ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.

1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menanggulangi Liverpool FC selama tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk berjumpa dengan para pemain , Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi suasana di Liverpool FC pada dikala itu masih sungguh tidak menentu karena sedang dalam masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan proses peralihan yang berkepanjangan sungguh memengaruhi suasana di Liverpool FC pada saat itu. Liverpool FC pun kesannya memulai animo 2010/11 dengan sangat jelek. Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi bahaya penghematan 9 poin dari FA bila tidak bisa menuntaskan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson setuju untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya hingga tamat isu terkini.

Pencapaian Prestasi Liverpool FC :
Juara Divisi Satu = 1900/01 , 1905/06 , 1921/22 , 1922/23 , 1946/47 , 1963/64 , 1965/66 , 1972/73 , 1975/76 , 1976/77 , 1978/79 ,  1979/80 , 1981/82 , 1982/83 , 1983/84 , 1985/86 , 1987/88 , 1989/90

Juara Divisi Dua 4 = 1893/94 , 1895/96 , 1904/05 , 1961/62

Juara Liga Lancashire 1 = 1892-93

Liga Champions 5[1]=1976/77 3-1 vs. Borussia Mönchengladbach , 1977/78 1-0 vs. Club Brugge , 1980/81 1-0 vs. Real Madrid

, 1983/84 1-1 (4-2 lewat adu penalti) vs. AS Roma , 2004/05 3-3 (3-2 lewat berkelahi penalti) vs. AC Milan

Juara Piala UEFA (3) = 1972/73 , 1975/76 , 2000/01

Juara Piala FA (7) = 1964/65 , 1973/74 , 1985/86 , 1988/89 , 1991/92 , 2000/2001 , 2005/2006

Juara Piala Remaja FA (2) =  1995/96 , 2006/07

Juara Piala Liga 7[1] = 1980/81 , 1981/82 , 1982/83 , 1983/84 , 1994/95 , 2000/01 , 2002/03

Juara Charity Shield (15) =1963/64[2] , 1964/65+ , 1965/66 , 1973/74 , 1975/76 , 1976/77[2] ,

1978/79 , 1979/80 , 1981/82 , 1985/86* , 1987/88 , 1988/89 , 1989/90 , 2000/01 , 2005/06

Juara Piala Super Eropa (3) =  1977 , 2001 , 2005

Juara Piala Super Inggris (1) = 1985/86

Juara Divisi Satu untuk Cadangan (16) = 1956/57 , 1968/69 , 1969/70 , 1970/71 , 1972/73 ,
1973/74 , 1974/75 , 1975/76 , 1976/77 , 1978/79 , 1980/81 , 1981/82 , 1983/84 , 1984/85 ,
1989/90 , 1999/2000

Referensi:
http://adhiekloperer.blogspot.com/2012/01/sejarah-liverpool-fc.html
https://www.facebook.com/notes/hasil-jadwal-liga-inggris/sejarah-liverpool-panjang-banged-tapi-lengkap/290729727621589
Seluruh informasi yang tersajikan di situs web kami (I Smail Zone) diterbitkan dengan tujuan sebatas sebagai informasi umum. Kami tidak menjamin tentang kelengkapan, keandalan, dan keakuratan pada setiap informasi yang kami terbitkan melalui tulisan-tulisan di dalam situs web kami.
Melalui situs kami, Anda dapat mengunjungi tautan eksternal. Meskipun kami berusaha untuk hanya menyertakan tautan berkualitas tinggi ke situs lain yang bermanfaat dan etis, kami tidak memiliki kendali penuh atas konten dan sifat situs yang kami tautkan. Baca Selengkapnya: https://ismail-zone.blogspot.com/p/blog-page_7.html.
Sumber Artikel: http://pandri-16.blogspot.com
Next Post Previous Post